Kamis, 24 Februari 2011

Dzikir Hati

Dzikir terbagi ke dalam dua
macam: Dziikir hati dan dzikir
lisan. Masing-masing
keduanya mempunyai
pijakan dalil dari Al-Quran dan
Sunnah. Berdzikir dengan lisan bisa dilakukan dengan
melafalkan huruf perhuruf
secara lantang (bersuara).
Karenanya,d zikir jenis ini
tidak mudah untuk
dipraktekkan dalam setiap saat. Sebab pada saat
melakukan jual beli di pasar
dan yang sejenisnya sama
sekali akan mengganggu
seorang yang sedang
berdzikir. Dengan demikian, otomatis lisannya akan
berhenti berdzikir. Berbeda halnya dengan dzikir
hati, yaitu berdzikir dengan
mengkonsentrasikan diri pada
suatu makna (di dalam hati)
yang tidak tersusun dari
rangkaian huruf dan suara. Karenanya, seorang yang
sedang berdzikir jenis ini tidak
akan terganggu oleh apa pun
juga.
Berdzikirlah mengingat Allah
dengan hatimu tanpa bersuara Tanpa diketahui oleh orang
lain dan tanpa ada lafal dan
ucapan yang dikeluarkan
Dzkir jenis ini adalah cara
berdzikir yang paling utama
Jenis d zikir ini banyak diamalkan oleh para tokoh
Oleh karena itulah, para
pembesar Tarekat
Naqsyabandiyyah lebih
memilihd zikir hati. Juga
karena hati merrupakan tempat pengawasan Allah,
tempat bersemayamnya
iman, tempat bersumbernya
rahasia, dan tempat
bertenggernya cahaya. Hati
yang baik akan mengakibatkan jasad
seluruhnya menjadi baik.
Begitu juga hati yang buruk
akan berdampak menjadikan
jasad menjadi buruk. Ini
seperti yang telah dipaparkan oleh Rasulullah Saw..
Karenanya, seorang hamba
tidak dikatakan mukmin, jika
hatinya tidak terpaut pada
apa yang harus diimaninya.
Begitu pula ibadah yang menjadi tujuan tidak akan sah
jika tidak menyertainya
dengan niat (di dalam hatinya)
. Para imam sepakat bahwa
semua pekerjaan yang
dilakukan oleh anggota tubuh tidak akan diterima kecuali
dengan peranan hati. Hati
sendiri dapat berperan
(mampu berjalan sendiri)
tanpa dituntun oleh anggota
tubuh lainnya. Jika hati sudah tidak berperan lagi, maka
keimanan seseorang tidak
akan diterima. Ini disebabkan
karena iman merupakan sikap
pembenaran apa yang diimani
oleh hatinya dengan tulus. Allah Swt. berfirman, Mereka
itulah orang-orang yang Allah
telah menanamkan keimanan
dalam hati mereka (QS Al-
Mujâdilah [58]: 22). Dan firman-
Nya, Mereka itulah orang- orang yang telah diuji hati
mereka oleh Allah untuk
bertakwa (QS Al-Hujurât [49]:
3). Firman-Nya pula, Dan
sebutlah (nama) Tuhanmu
dalam hatimu (QS Al-A ‘râf [7]: 20). Yakni, berdzikir di dalam
hatimu. Ini berdasarkan
firman Allah, Dan mereka
mengatakan pada diri mereka
sendiri, “Mengapa Allah tiada menyiksa kita disebabkan apa
yang kita katakan itu ?” (QS Al-Mujâdilah [58]: 8). Allah
Swt. berfirman pula,
Berdoalah kepada Tuhanmu
dengan berendah diri dan
suara yang lembut (QS Al-
A‘râf [7]: 55). Dari ‘Âisyah r.a., beliau berkata bahwa Nabi Saw.
pernah bersabda, “Zikir (dengan tak bersuara) lebih
unggul daripada dzikir
(dengan bersuara) selisih tujuh
puluh kali lipat. Jika tiba
saatnya hari kiamat, maka
Allah akan mengembalikan semua perhitungan amal
makhluk-makhluk-Nya sesuai
amalnya. Para malaikat
pencatat amal datang dengan
membawa tulisan-tulisan
mereka. Allah berkata pada mereka, ‘Lihatlah apakah ada amalan yang masih tersisa
pada hamba-Ku ini ?’ Para malaikat itu menjawab, ‘Kami tidak meninggalkan sedikit
pun amalan yang kami
ketahui kecuali kami
mencatat dan menulisnya. ’ Allah lalu berkata lagi (pada
hamba-Nya itu), ‘Kamu mempenyuai amal kebaikan
yang hanya Aku yang
mengetahuinya. Aku akan
membalas amal kebaikanmu
itu. Kebaikanmu itu berupa
zikir dengan sembunyi (tak bersuara).” (HR Al-Baihaqî). Dalam beberapa kitab yang
memuat kompilasi hadis sahih,
Nabi Saw bersabda, “Allah Swt berfirman, ‘Aku ini (bertindak) sesuai dengan
prasangka hamba-Ku pada-Ku.
Aku selalu bersamanya jika ia
mengingat-Ku. Apabila ia
mengingat-Ku di dalam
hatinya, maka Aku pun menyebutnya sendiri. Jika dia
mengingat-Ku di tengah-
tengah orang banyak, maka
Aku akan menyebutnya di
tengah-tengah orang banyak
yang lebih mulia daripada orang banyak saat ia
mengingat-Ku. ” (HR Al- Bukhârî dan ahli hadis lainnya)
.
Abû ‘Awânah dan Ibnu Hibbân meriwayatkan dalam
masing-masing kitab
kumpulan hadis sahih mereka,
juga Al-Baihaqî sebuah hadis
berikut, “Sebaik-baik zikir adalah zikir dengan samar
(khafî) dan sebaik-baik rezeki
adalah rezeki yang
mencukupi. ” Nabi Saw. juga bersabda, “Zikir yang tidak terdengar oleh malaikat
pencacat amal (maksudnya
zikir khafî) mengungguli atas
zikir yang dapat didengar oleh
mereka (zikir jahrî) sebanyak
tujuh puluh kali lipat. ”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar