Senin, 27 September 2010

Amalan Rosullullah SAW

Tidakkah kita mencontoh nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
senantiasa mengerjakan shalat
malam hingga kedua telapak kaki
beliau bengkak. Semua itu beliau
lakukan untuk bersyukur kepada
Rabb-nya. Rasulullah shallallahu
‘ alaihi wa sallam bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ! أَفْشُوْا
السَّلاَمَ وَ أَطْعِمُوْا الطَّعَامَ وَ
صَلُّوْا اْلأَرْحَامَ وَ صَلُّوْا بِاللَّيْلِ
وَ النَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ
بِسَلاَمٍ
“Wahai manusia, sebarkanlah
salam, berikanlah makanan,
sambunglah kekerabatan dan
tunaikanlah shalat malam di kala
manusia tengah tertidur, niscaya
kalian akan memasuki surga
dengan damai. ” (HR. Hakim nomor
7277. Dishahihkan oleh Al Albani
dalam Shahihul Jami ’ nomor
7865).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga bersabda,
أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ
صَلَاةُ اللَّيْلِ
”Shalat yang paling utama
setelah shalat wajib adalah
shalat malam. ” (HR. Muslim nomor
1163).
Di samping itu ada juga berbagai
amalan shalat sunnah Rawatib
yang berjumlah dua belas
raka ’at, yaitu empat raka’at
sebelum shalat Zhuhur dan dua
raka ’at sesudahnya, dua raka’at
sesudah Maghrib, dua raka’at
sesudah Isya’ dan dua raka’at
sebelum Subuh. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ
كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً
تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلَّا بَنَى
اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
”Seorang hamba yang senantiasa
mengerjakan shalat karena Allah
pada setiap harinya sebanyak
dua belas raka ’at dalam bentuk
shalat sunnah dan bukan
termasuk shalat wajib, maka
niscaya Allah akan
membangunkan baginya sebuah
rumah di dalam surga. ” (HR.
Muslim nomor 728).
Seorang mukmin juga akan
senantiasa berdzikir kepada Allah
ta ’ala dengan berbagai dzikir
yang dituntunkan oleh nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam di
setiap kesempatan. Begitupula
dengan berbagai amalan
kebajikan yang lain seperti
bersedekah, membaca Al Qur-an,
dan lain sebagainya, selayaknya
dilakukan oleh seorang mukmin di
luar bulan Ramadlan.
Janganlah kita menjadi orang-
orang yang merayakan hari
‘ Iedul Fitri dengan penuh suka
cita kemudian melupakan dan
meninggalkan berbagai amalan
yang telah digalakkan di bulan
Ramadlan.
Wahb ibnul Wardi pernah melihat
sekelompok orang yang bersuka
cita dan tertawa di hari ‘Iedul
Fitri. Beliau pun lantas
mengatakan,
إِنْ كَانَ هَؤُلاَءِ تَقَبَلَ مِنْهُمْ
صِيَامَهُمْ فَمَا هَذَا فِعْلُ
الشَّاكِرِيْنَ وَ إِنْ كَانَ لَمْ
يَتَقَبَّلْ مِنْهُمْ صِيَامَهُمْ فَمَا هَذَا
فِعْلُ الْخَائِفِيْنَ
“Apabila puasa mereka diterima
di sisi Allah, apakah tindakan
mereka tersebut adalah
gambaran orang yang bersyukur
kepada-Nya. Dan jika ternyata
puasa mereka tidak diterima,
apakah tindakan mereka itu
adalah gambaran orang yang
takut akan siksa-Nya. ” (HR. Al
Baihaqi dalam Asy Syu’ab nomor
3727, Lathaaiful Ma’arif hal. 232).
Ya Allah teguhkanlah kami di atas
iman dan amal shalih, hidupkan
kami dengan kehidupan yang
baik dan sertakan diri kami
bersama golongan orang-orang
yang shalih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar